Header Ads

Pegiat Dakwah Masjid Jogokariyan Ustadz Fanni Rahman Wafat


Naha Wepesansan –
Kabar duka kembali menyelimuti  dunia dakwah Indonesia. Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta Ustadz Muhammad Fanni Rahman meninggal dunia pada Senin 2 Agustus 2021, pukul 02.20 WIB.

“Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, Keluarga besar Masjid Jogokariyan berduka atas wafatnya Guru kami: Muhammad Fanni Rahman (Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Pimpinan Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu),” demikian tertulis di akun Instagram Masjid Jogokariyan.

Keluarga Masjid Jogokariyan Yogyakarta juga mendoakan semoga Almarhum diampuni dosanya, dan diterima amal ibadahnya.

“Semoga Allah ampuni segala kesalahan beliau. Semoga Allah terima setiap kebaikan beliau. Allahummaghfirlahu warhamu wa’afihi wa’fu’anhu. Rahimahullahu rahmatan wasi’ah,” lanjutnya.

Ustadz Fanni wafat pada usia 43 tahun, setelah sempat dirawat beberapa waktu di rumah sakit. Ustadz Fanni dimakamkan di komplek Pesantren Masyarakat Merapi Merbabu, Wonolelo, Sawangan Magelang, Jawa Tengah Senin 2 Agustus 2021 ba’da Subuh.

Kabar mengenai wafatnya salah satu tokoh Masjid Jogokariyan tersebut mendapat perhatian dari beragam tokoh masyarakah, salah satunya yakni Ustadz Abdul Somad.

Lewat aku Instagramnya Ustadz Abdul Somad, beliau menceritakan pertama kalinya bertemu di Masjid Jogokariyan Yogyakarta. Sejak saat itu setiap kali ke Jogja keduanya selalu bertemu.

“Aku merasa ia lebih ‘alim, lebih wara’, tapi saat aku datang, ia selalu menjatuhkan dirinya di hadapan murid-muridnya, ia memposisikan diri jadi MC dan moderator.” tulisnya.

Setelah membacakan Al-Fatihah, Ustadz Abdul Somad merasakan perih di pangkal hidung, menyesakkan dada. Karena Ustadz Fanni mendapatkan tempat di hati beliau.

Ada tiga alasan yang dipaparkan Ustadz Abdul Somad mengenai hal tersebut:

Pertama karena Ustadz Fanni tidak sombong. Dimana banyak kebaikan orang seperti jejak telapak kaki di tepi pantai, hilang dihempas ombak, kebaikan terhapus karena kesombongan.

Kedua karena Ustadz Fanni tidak kasar. Terkadang terhapus 99 kebaikan orang karena satu sikap kasarnya. Walaupun porsinya sama, kita lebih ingat lampu merah daripada lampu hijau.

Ketiga karena Ustadz Fanni selalu berbagi hadiah. Tidak mesti mahal, tapi berkesan.

“Saat menulis ini selepas Shubuh, ku lihat dia tersenyum. Senyum lepas dari huru-hara dunia. Dia tinggalkan jejak-jejak Da’wah di Jogyakarta, Maluku Utara, Kaki Gunung Merbabu, yang mesti ditapaki sebagai bukti bahwa kasih sayang bertapak di hati. Al-Fatihah untuk Abah Fani. Keluargamu pasti bangga punya orang sepertimu.” tulis beliau dalam akun Instagramnya.

Selamat jalan Mujahid Muhammad Fanni Rahman Rahimahullah.***

Tidak ada komentar