Tanggapan Ustadz Felix Siauw Atas Pernyataan ‘Semua Agama Sama’
Naha Wepesansan – Di tahun akhir dakwah Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di kota Mekkah, kaum kafir Quraisy berputus asa terhadap perkembangan Islam.
Namun, itu tidak menahan merekan untuk meingkatkan permusuhan terhadap
Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Maka sebagai usaha terakhir, mereka memberikan tawaran yang
sangat menggiurkan kepada Rosulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.
Orang-orang Quraisy berkata: “Wahai Muhammad, jika engkau ingin
menjadi yang paling berkuasa, maka akan kami angkat. Kami akan kumpulkan harta
kami, agar engkau menjadi yang paling kaya di antara kami. Engkau pun akan kami
nikahkan dengan perempuan manapun yang engkau inginkan.”
“Semua bagi engkau, asalkan engkau berhenti memburukkan
tuhan-tuhan kami dan menyebutkan kelemahannya. Andai engkau tidak berkenan
dengan penawaran itu, maka bagaimana dengan sesuatu yang lain?”
“Setahun ini kami akan menyembah Tuhan engkau, setahun berikutnya
engkau meyembah tuhan-tuhan kami.”
Maka saat itu Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan surah
Al-Kafirun, yang artinya:
“Katakanlah (Muhammad), Wahai orang-orang kafir! Aku tidak akan
menyembah apa yang kamu sembah, dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah, dan
aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu
tidak pernah (pula) menjadi penyembah apa yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan
untukku agamaku.”
Dalam ayat ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala mengajarkan apa yang
dimaksud dengan toleransi. Bahwa agamamu adalah agamamu, dan agamaku adalah
agamaku, masing-masing tidak saling mengganggu.
Maka jika aku meyakini sesuatu, itu bukan artinya memaksa kamu
harus meyakini yang sama. Bukan juga berarti, ketika engkau meyakini sesuatu,
maka aku harus mengikutinya.
Kata orang zaman sekarang, “Tidak harus seragam kan? Karena setiap
orang berbeda-beda.”
Dari sini kita bisa memahami, bahkan kaum kafir Quraisy di masa
itu masih bisa berpikir waras, mereka tidak terpikir untuk mengatakan
"Semua agama itu sama". Karenanya mereka menawarkan untuk saling
bergiliran menyembah sesembahan masing-masing.
Hebatnya, orang zaman sekarang, demi melancarkan isu radikalisme
dan mempromosikan islamophobia, mereka malah menuduh agamanya sendiri sebagai
penyebab intoleransi.
Post a Comment