Header Ads

Sejarah Taliban, Persaingan Panglima Lokal dalam Politik Afghanistan




Naha Wepesansan –
Taliban kini telah berhasil mengusai Afghanistan. Rekam jejak kekuasaan kelompok milisi itu membuat dunia khawatir dengan kondisi kemanusiaan di sana.

Berbagai pihak menyebut Taliban sebagai kelompok Islam garis keras dengan interprestasi yang kaku terhadap hukum syariah versi mereka. Akan tetapi sejarah Taliban lebih komplek dibandingkan dengan potret minimalis itu.

Lahirnya Taliban merupakan buah persaingan antara panglima lokal yang mewarnai politik Afghanistan setelah mundurnya Uni Soviet.

Saat tahun 1978, terjadi invasi Uni Soviet ke Afghanistan. Selama 10 tahun, puluhan tibu tentara Uni Soviet menjejakkan kaki di sana. Pada saat itu Uni Soviet ingin menyokong kekuasaan pemerintah Afghanistan yang berhaluan komunis.

Dalam periode itu, perebutan kekuasaan di Afghanistan diwarnai suasana perang dingin. Sementara itu, sejumlah kelompok pejuang Afghanistan anti Uni Soviet mendapat sokongan dari Amerika Serikat dan Pakistan. Secara diam-diam CIA juga menyuplai dana dan persenjataan ke para pejuang Afghanistan.

Salah satu pejuang anti Uni Soviet itu adalah Muhammad Omar. Dia lulusan pendidikan Suni ortodoks di Deoband, India. Omar dan murid-murid madrasah yang bermadzhab serupa, kemudian mendirikan kelompok pejuang Islam Pashtun pada tahun 1994.

Kelompok itu dinamai ‘Taliban’ dari bahasa Pashtun yang artinya ‘murid-murid’. Secara ideologi, Taliban menganut interprestasi Islami yang kaku dan ekstrem. Juga Pashtunwali yang berakar dari sistem kesukuan Pashtun.

Pashtunwali mempunyai tiga pilar utama, yakni badal atau pembalasan setimpal, melamstia atau keramahtamahan, dan nanawatia atau tempat berlindung.

Setelah Uni Soviet hengkang dan perang sipil berlangsung, Taliban berkuasa dan mendeklarasikan Keamiran Islam Afghanistan pada tahun 1996.

Namun di bawah kekuasaan Taliban, kondisi kemanusiaan sangat memprihatinkan. Pada tahun 1997, Taliban melarang anak perempuan untuk bersekolah. Perempuan juga dilarang bekerja di ruang publik.

Laporan PBB mengungkap bahwa Taliban pernah melakukan pembunuhan masal, serta menolak bantuan PBB untuk 160 ribu warganya yang menderita kelaparan.

Sejumlah analisis mengatakan bahwa interprestasi Islam ala Taliban jauh bertentangan dengan ajaran Islam Deobandisme. Para ulama di Darul Ulum Deoband pun mengatakan demikian.

Dikutip dari The Limits of Culture: Islam and Foreign Policy. 2006, Ahmead Rashid, Jurnalis Pakistan mengatakan bahwa Taliban membawa kepercayaan Deobandisme ini ke kutub ekstrem yang tidak diajarkan oleh ulama-ulama Deobandis.

Lalu kenapa Taliban begitu populer?

Taliban bukan hanya kelompok milisi. Lebih jauh dari itu, mereka adalah kelompok yang punya akar kesukuan kuat, terutama dikalangan etnis Pastun, yakni etnis mayoritas di Afghanistan. Wilayah-wilayah dengan pengaruh Taliban yang kuat kebanyakan ada di pedesaan.

Dikutip dari trtworld.com pada 10 Agustus 2021, Presiden Akademi Internasional Kajian Keamanan di Qatar, Majid Ansari, mengatakan bahwa banyak dinamika yang berubah dalam 20 tahun terakhir. Sementara Taliban telah mengakar dalam komunitas Pastun, mereka juga memperluas pengaruh di Afghanistan utara dan daerah-daerah yang terletak di selatan.

Penegakan hukum yang lemah di pemerintahan Afghanistan, juga menjadi salah satu faktor mengapa pengaruh Taliban sulit lepas.

Korupsi dan impunitas dalam sistem penegakan hukum Afghanistan, membuat banyak warga berpaling ke pengadilan ala Taliban.

Seorang pedagang buah di Kabul menyatakan kepada bbc.com pada 3 Februari 2012, bahwa pengadilan Taliban itu cepat dan tegas. Seorang pencuri pasti dihukum mati setelah pengadilan singkat.

Tapi di bawah pengadilan Karzai (Presiden Afghanistan 2001-2014), butuh seabad untuk membuktikan seorang pencuri bersalah atau tidak. Bahkan setelah itu semua, tidak ada jaminan dia bakal dihukum.

Meski sempat terpojok saat 10 ribu pasukan AS dan NATO berada di Afghanistan pada tahun 2001-2021, Taliban kini kembali mengambil alih kekuasaan di negara itu.

Tahun lalu, salah satu pimpinan Taliban sempat menulis bahwa mereka akan menjamin perdamaian dan HAM.

“Saya yakin bahwa, saat terbebas dari dominasi dan campur tangan asing, kita akan bersama-sama menemukan cara untuk membangun sistem Islam, tempat semua warga Afghanistan memiliki hak yang sama,” ucap Sirajuddin Haqqani, Pimpinan Taliban kepada nytimes, 20 Februari 2020.

“Hak-hak perempuan diberikan oleh Islam, dari hak atas pendidikan, hingga hak untuk bekerja akan dilindungi, dan kemampuan adalah dasar untuk kesempatan yang setara.” tambahnya.

Kini Taliban kembali menjanjikan hal yang serupa. Akan tetapi rekam jejak kekuasaan Taliban membuat banyak pihak ragu.***

Tidak ada komentar