Kontroversi Pernyataan K Marjuki Mustamar: ‘Jangan Percaya dengan Omongan Ustadz di Luar NU’
Naha Wepesansan – Baru-baru ini beredar video ceramah salah satu Kyai NU, Marjuki Mustamar yang menyatakan “jangan mempercayai ustadz-ustadz atau siapapun di luar NU”, rame menjadi perbincangan di media sosial.
Pasalnya pernyataan Kyai NU yang mengambil potongan ceramah
Ustadz Adi Hidayat untuk dijadikan bahan olok-olokan atau menghujat Ustadz di
luar NU. Dan mengatakan bahwa ustadz tersebut diluar ahlus sunnah wal jamaah.
Hujatan-hujatan atau tudingan yang tidak nyaman kepada
sesama Islam ini, dikhawatirkan dapat memecah belah umat.
Dikutip dari channel YouTube Benteng Aqidah pada 7 September
2021, meski ada persoalan-persoalan yang memang harus diangkat ketika suatu hal
dapat mengaburkan syariah, sunnah, dan keagamaan.
Namun ada hal-hal yang tidak perlu ditampakkan sebagai suatu
persoalan, yang akhirnya bisa memecah belah umat.
Kita tidak bisa hanya terpaku pada satu manhaj, satu
prinsip, satu dasar, atau satu pegangan dalam agama. Karena sesungguhnya
perbedaan manhaj merupakan upaya untuk saling menyempurnakan Islam.
Seperti ada NU, Muhammadiyah, Persis, Al Irsyad, dan lainnya,
bahkan FPI juga aswaja. Yang dibutuhkan hanyalah bagaimana semua aswaja ini
bersatu, agar mengerti dan faham terhadap alur dari ke-Islaman kita.
Tidak hanya sebatas beda politik, lalu dihujat-hujat. Nahdlatul
Ulama sendiri merupakan sebuah organisasi, dimana ahlus sunnah wal jamaah bukan
hanya NU saja.
Meskipun ada perbedaan pemahaman dalam hukum Fiqih, tidak
perlu mengatakan “jangan mempercayai ustadz-ustadz di luar NU”, dan kemudian
dianalogikan kepada ustadz diluar ahlus sunnah wal jamaah.
Karena Ustadz Adi Hidayat ini masih di dalam kategori ahlus
sunnah wal jamaah. Jika ada masalah perbedaan Fiqih, seharusnya melakukan
klarifikasi atau tabayyun dahulu, bukan kemudian menghujat atau menjatuhkan
orang lain dengan mengatakan bukan aswaja.
Persoalan-persoalan yang diangkat oleh UAH adalah sunnah,
bukan aqidah. Sehingga jika ada perbedaan pendapat, maka bukan berarti keluar
dari Islam.
Jadi tidak perlu menuding atau mengatakan “jangan
mempercayai ustadz-ustadz di luar NU”, bahkah hingga menyebut mereka bukan
ustadz ahlus sunnah wal jamaah.
Bahkan Muhammadiyah adalah merupakan ahlus sunnah wal jamaah,
lalu kenapa kemudian dianalogikan menjadi wahabi?
Post a Comment