Header Ads

Masjid Abu Dzar Al Ghifari Malang dan Sejarah Namanya


Naha Wepesansan -
Masjid Abu Dzar Al Ghifari Malang didirikan pada tahun 1996 oleh warga RW 16 kelurahan Mojolangu, kecamatan Lowokwaru, Malang.

Masjid yang terletak dijalan Candi Jolotundo, Perum Griyashanta kota Malang, memiliki jumlah jamaah yang cukup banyak. Terlihat dari shafnya yang selalu penuh dan sesak oleh jamaah, baik dari kalangan orang tua maupun anak muda.

Selain kegiatan ibadah wajib sholat lima waktu, di masjid Abu Dzar Al Ghifari kota Malang juga mengadakan kegiatan kajian rutin yang diisi oleh Ustadz lokal maupun Nasional.

Di dalam masjid Abu Dzar Al Ghifari kota Malang juga terdapat fasilitas minimarket yang diberi nama ‘HalalMart’, taman pendidikan Al Qur’an (TPQ), klinik kesehatan, dan masih banyak lainnya.


Nama masjid Abu Dzar Al Ghifari ini diambil dari salah satu nama sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam.

Sepenggal Sejarah Abu Dzar Al Ghifari

Dikutip dari Ihram.co.id pada 2 Juni 2021, Abu Dzar adalah salah satu sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam. Dia berasal dari suku Ghifar, yakni suku yang terkenal suka merampok pada zaman sebelum datangnya Islam.

Rasulullah pernah bersabda, yang artinya :

"Sesungguhnya Allah memberi petunjuk kepada yang disukainya ..."

Sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam diatas menegaskan, bahwa Allah menunjuki siapa saja yang Dia kehendaki.

Dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala, Abu Dzar memperoleh petunjuk dan mendapat kebaikan dari-Nya.

Secara sukarela Abu Dzar mendatangi Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam di Mekkah, untuk memeluk dan menyatakan keislamannya.

Dia pun memeluk agama itu di masa awal Islam masuk, juga menjadi orang yang pertama kali masuk Islam dari kalangan suku Ghifar.

Pria yang bernama Jundub bin Junadah ini termasuk seorang radikal dan revolusioner. Di mana pun dia berada, dia selalu menentang kebatilan.

Saat berada di Mekkah, kebatilan itu nampak di hadapannya, begitu banyak berhala yang disembah dan dipuja dengan merendahkan kepala dan akal mereka.

Dia pun mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah, setelah baru saja memeluk Islam, "wahai Rasulullah, apa yang sebaiknya saya kerjakan menurut anda?"

Rasulullah pun menjawab, "kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti!"

Akan tetapi Abu Dzar mengatakan "Demi Tuhan yang menguasai jiwaku, saya takkan kembali sebelum meneriakkan Islam di depan Ka'bah."

Dengan suara lantang dia menyerukan syahadat di Haram, tentu saja hal ini membuat orang-orang musyrik yang tengah berkumpul di sana memukul dan menyiksanya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam kembali menyuruh Abu Dzar pulang dan menemui keluarganya. Dia pun kembali ke bani Ghifar dan mengajak sanak kerabatnya memeluk agama baru ini.

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan kaum Muslimin telah berhijrah dan menetap di Madinah, mereka di kagetkan dengan barisan panjang para pengendara dan pejalan kaki yang menuju pinggiran kota.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam dan kaum Muslimin mengira bahwa mereka adalah tentara musyrik yang akan menyerang, ternyata rombongan besar itu adalah kabilah bani Ghifar.

Mereka semua telah masuk Islam, baik dari para laki-laki, perempuan, orang tua, remaja, dan anak-anak.

Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam pun semakin takjub dan kagum. Kemudian beliau bersabda, yang artinya:

"Takkan pernah lagi dijumpai di bawah langit ini, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar. Benar batinnya, benar juga lahirnya, benar akidahnya, benar juga ucapannya."

Abu Dzar mendapat kepercayaan dari Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam untuk mengajarkan Islam dikalangan sukunya. Dia pun berhasil mengislamkan hampir seluruh sukunya yang suka merampok.

Semua tenaga dan kemampuannya dia kerahkan untuk melakukan perlawanan secara damai. Abu Dzar menjauhkan diri dari kehidupan dunia, segala godaan jabatan serta kekayaan yang ditawarkan ditolaknya.

Abu Dzar meninggal dunia di tempat sunyi bernama Rabadzah. Saat ruhnya kembali ke sang pencipta, Ibnu Mas'ud mendapati Abu Dzar telah terbujur kaku, hanya ditangisi oleh seorang wanita tua dan seorang anak kecil.

Ibnu Mas'ud pun berkata, "Benarlah ucapan Rasulullah, anda berjalan sendirian, mati sendirian, dan dibangkitkan kembali seorang diri!"

Itulah sepenggal kisah sahabat Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam, yang kini namanya diabadikan disalah satu masjid besar di kota Malang.***

Tidak ada komentar