4 Peristiwa Besar di balik Bulan Muharram, Kematian Husain Salah Satunya
Naha Wepesansan - Sebentar lagi kita akan memasuki bulannya Allah yaitu bulan Muharram. Bulan Muharram ini adalah bulan yang sangat mulia, satu di antara empat bulan Hurum (Asyharul Hurum), yang Allah Subhanahu wa Ta’ala cantumkan di surat At Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ
شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ
اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ
اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ
كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Di sini Allah mengatakan Hurum
“min haaa arba’atun hurum”, dari dua belas bulan itu ada empat bulan hurum atau
empat bulan mulia atau empat bulan suci, salah satunya adalah bulan Muharram.
Bahkan Nabi Shallallahu
Alaihi Wasallam ketika bicara tentang keutamaan puasa, beliau mengatakan: “seutama-utamanya
puasa setelah puasa Ramadhan adalah puasa di bulan Allah Al-Muharram”
Ketika Allah Subhanahu wa
Ta’ala mengidhofahkan bulan kepada Allah, menunjukkan bahwa bulan itu sangat
mulia. Seperti kata-kata Baitullah (rumah Allah), Naqatullah (untanya Allah),
begitu juga dengan Syarullah (bulannya Allah).
Sesuatu yang diidhofahkan kepada Allah
mempunyai keistimewaan sendiri, dan keutamaan melebihi bulan-bulan yang
lainnya.
Ada 4 peristiwa besar yang terjadi di
Bulan Muharram, di antaranya:
Peristiwa yang pertama diambil dari
kitab Al Quran, pada zaman Nabi Musa Alaihissalam, beliau merupakan Nabi yang
paling ternama diantara kaum Bani Israil. Sebagaimana yang diketahui bahwa
perjalanan Nabi Musa Alaihissalam dari kecil sampai beliau diangkat menjadi
Nabi dan Rasul dan Allah hancurkan musuh-musuhnya (Firaun) dan bala tentaranya.
Kisah ini dimulai dari Nabi Yusuf
Alaihissalam, yang pertama membawa Bani Israil dari Palestina menuju Mesir, karena
Israil adalah nama lain dari ayahandanya, Ya’qub.
Ya’qub memiliki dua belas putra, salah
satunya Yusuf Alaihissalam. Maka seluruh keturunan dua belas putra Ya’qub kelak
akan disebut dengan Bani Israil, yakni keturunan Ya’qub Alaihissalam.
Ketika kemudian Bani Israil berkembang
dan berada di Mesir, yang diberikan oleh penguasa yang sangat mulia di masa
Nabi Yusuf Alaihissalam. Posisi atau kedudukan Nabi Yusuf Alaihissalam saat itu
adalah seorang bendaharawan Mesir yang sangat dimuliakan dan dihormati.
Saat Nabi Yusuf Alaihissalam meninggal
dunia, maka mulailah kemudian salah satu raja mesir yang dikenal dengan nama
Firaun, berlaku semena-mena kepada Bani Israil.
Dia membunuh anak laki-laki mereka dan
membiarkan anak-anak perempuan mereka. Hanya karena Firaun bermimpi bahwa
kekuasaanya akan ditumbangkan anak laki-laki dari keturunan Bani Israil.
Dari sini akhirnya kisah Musa
Alaihissalam lahir dan hidup di zaman pemerintahan Firaun, beliau dibesarkan
oleh Asiyah istri Firaun.
Pada saat puncaknya, Firaun mengakui
dirinya sebagai Tuhan, atas seijin Allah, Nabi Musa Alaihissalam beserta
pengikutnya pergi dari Mesir menuju Palestina. Mendengar kabar kepergian Musa,
Firaun murka dan bersama tentaranya mengejar Firaun.
Ketika Musa dihadapkan dengan lautan
yang membentang, turunlah wahyu Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Nabi Musa
Alaihissalam di dalam Al Qur’an Surat Asy-Syu’ara’ ayat 63:
فَأَوْحَيْنَآ إِلَىٰ مُوسَىٰٓ أَنِ ٱضْرِب بِّعَصَاكَ
ٱلْبَحْرَ ۖ فَٱنفَلَقَ فَكَانَ كُلُّ فِرْقٍ كَٱلطَّوْدِ ٱلْعَظِيمِ
Terjemahan arti: Lalu kami wahyukan kepada Musa: “Pukullah lautan itu dengan
tongkatmu”. Maka terbelahlah lautan itu dan tiap-tiap belahan adalah seperti
gunung yang besar.
Maka terbelahlah lautan itu, Nabi Musa
Alaihissalam beserta pengikutnya bergegas melintasi lautan, kemudian disusul
oleh Firaun dan bala tentaranya.
Nabi Musa Alaihissalam beserta
pengikutnya berhasil melewati lautan, namun ketiga Firaun dan bala tentaranya
masih di tengah-tengah lautan, Allah binasakan mereka dan tenggelam di lautan.
Inilah akibat dari kesombongan mengaku sebagai Tuhan dan bersikap
sewenang-wenang waktu memerintah di Mesir.
Tenggelamnya Firaun dan
diselamatkannya Nabi Musa Alaihissalam bertepatan dengan tanggal 10 Muharram.
Kemudian peristiwa yang kedua adalah
ketika Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam telah berdakwah selama setahun
dikota Mekkah, kemudian Allah perintahkan untuk hijrah karena tidak
memungkinkan berdakwah lagi di Mekkah, sehingga para sahabat sudah terlebih
dahulu hijrah.
Akhirnya Allah mengijinkan dan
mengisyaratkan bahwa sudah ada tempat hijrah untuk Nabiyullah dan kaum muslimin
yaitu dikota Madinah.
Kemudian ketika Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam telah sampai di kota Madinah, pada tahun pertama Hijriyah. Nabi
Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam melihat orang-orang Yahudi sedang
berpuasa, maka Nabiyullah bertanya saat itu: “Puasa apa kalian hari ini?” maka
orang-orang Yahudi berkata mereka puasa 10 Muharram, untuk menghormati nabi
kami Musa Alaihissalam yang diselamatkan dari kejaran Firaun dan itu terjadi
pada 10 Muharram.
Mendengar alasan Yahudi itu, maka Nabi
Shallallahu Alaihi Wasallam sontak mengatakan: “Jika kalian berpuasa karena
menghormati Nabi Musa Alaihissalam, maka kami lebih berhak menghormati Nabi
Musa Alaihissalam dari pada kalian.”
Kemudia Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam memerintahkan para sahabat untuk berpuasa, dan inilah puasa
pertama dalam islam yang diwajibkan kepada kaum muslimin untuk puasa pada bulan
Muharram.
Akan tetapi sebagian sahabat
menyampaikan bahwa orang-orang Yahudi berpuasa pada 10 Muharram dan apa bedanya
dengan mereka. Maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam memerintahkan
untuk berpuasa juga pada 9 Muharram.
Maka peristiwa yang kedua adalah
diwajibkannya puasa kepada kaum muslimin adalah puasa tanggal 10 Muharram.
Akan tetapi setelah Nabi Muhammad Shallallahu
Alaihi Wasallam hidup tahun kedua Hijriyah, kemudian turun perintah untuk
melaksanakan puasa Ramadhan, maka Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam
menghapus hukum wajibnya berpuasa pada tanggal 10 Muharram sebagai puasa sunnah
dan yang wajib hanya puasa Ramadhan.
Peristiwa yang ketiga adalah terbunuhnya
Husain pada tanggal 10 Muharram di Karbala, yang sekarang terletak di Irak.
Pertempuran
terjadi selang pendukung dan keluarga dari cucu Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, Husain bin Ali dengan pasukan militer yang dikirim
oleh Yazid bin Muawiyah, Khalifah Bani Umayyah kala itu.
Pihak Husain
terdiri dari anggota-anggota terhormat keluarga, sekitar 128 orang. Husain juga
didampingi oleh beberapa wanita dan anak-anak dari keluarganya. Di pihak lain,
pasukan bersenjata Yazid yang dipimpin oleh Umar bin Sa'ad berjumlah
4.000-10.000.
Pertempuran
ini kemudian diperingati setiap tahunnya selama 10 hari yang dilakukan pada
bulan Muharram oleh Muslim Syi'ah seperti halnya segolongan Sunni, dimana
puncaknya pada hari kesepuluh, Hari Asyura.
Peristiwa yang keempat adalah
peristiwa penanggalan dalam Islam. Di zaman Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam tidak ada penanggalan dalam Islam, bahkan bila ada yang lahir maka
senantiasa kelahirannya akan dinasabkan kepada sebuah peristiwa besar yang
terjadi dekat dengan kelahirannya.
Pada zaman Khalifah Umar bin Khattab,
beliau mengumpulkan sahabatnya untuk menentukan penanggalan dalam Islam. Dari
musyawarah yang dilakukan Umar dan para sahabat, penanggalan Islam diambil dari
Hijrah Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam.
Karena Hijrah Nabi adalah pembukaan
Islam, pembukaan kota-kota Islam dimana-mana, terpisah antara hak dan batil.
Yang dulunya tertindas menjadi merdeka, yang dulunya tidak punya tempat menjadi
punya negara, dan akhirnya Islam berkembang keseluruh dunia.
Kemudian ditetapkannya penanggalan
pertama di pilih di bulan Muharram karena Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi
Wasallam pernah berkutbah di Arafah: “Seusungguhnya zaman ini sudah berputar di
antara kalian.”
Akhirnya para sahabat sepakat bahwa
bulan Muharram dijadikan bulan pertama dalam Islam dan merupakan tahun baru
bagi kaum muslimin tanggal 1 Muharram.
Post a Comment