Header Ads

Geblek Bernegaranya! China Memaksa Indonesia Transaksi Memakai Yuan


Naha Wepesansan –
Negara produsen selalu mengendalikan dunia perdagangan dan keuangan, ini dinamakan dengan presepsi ‘oldmind’. Karena pasar modal dan uanglah yang sebenarnya mengendalikan dunia keuangan, dan ini presepsi ‘newmind’.

Neraca perdagangan positif dianggap baik dan solusi bernegara oleh ‘oldmind’, faktanya selama menjabat malah importnya membesar dan selalu negatif dagang dengan kakak tertua ‘Tiongkok’.

Entah bagaimana sekarang, kakak tertuanya negara komunis dan diterima luas lagi, pemahaman tidak mengapa bekerja sama dengan negara komunis. Ya sudah, toh jabatan ‘oldmind’ ada batasnya.

Negara produsen akan kendalikan dunia perdagangan dan keuangan, itu strategi Tiongkok. Dimana negara yang devisit alias yang Tiongkoknya surplus, pasti negara yang kalah tersebut akan dipaksa pakai ‘Yuan’.

Dikutip dari channel YouTube Bosman Mardigu, bahwa ketika sebuah negara memakai mata uang negara lain untuk transaksi, artinya negara tersebut kalah ekonominya.

Bisa kita lihat strategi serangan ekonomi, dari ilmu ekonomi ‘Money 1.0’, yakni uang hanya sebagai alat bayar pelancar transaksi. Kemudian uang akan menjadi alat modal, yang disebut ‘Money 2.0’, dan akhirnya uang akan menjadi alat pengendali ekonomi, yang disebut ‘Money 3.0’.

Salah satunya ‘dept trap’, yang Tiongkok lakukan dari ‘Money 1.0’ langsung ke ‘Money 3.0’, karena memang Tiongkok tidak punya wall strett, tempatnya ‘Money 2.0’.

Sejarah partai komunis di Tiongkok, dimana orang-orang nasionalis terpecah menjadi 2, ketika keluar dari Tiongkok. Mereka kabur ketika komunis berkuasa dengan tangan besi, satu ke Taiwan (negara yang dipayungi Amerika), yang kedua ke Hongkong (city country di bawah Inggris).

Taiwan dan Hongkong ekonominya maju pesat sejak tahun 60-an hingga saat ini. Sejak tahun 1989, reformasi ekonomi di Tiongkok yang melawan Hegemoni IMF, mulai dijalankan secara gerilya. Main dengan globalis dan main dengan double standart, yaitu ‘Renminbi Yuan’.

Yang perlu dicatat, nantinya kita ‘newmind’ akan pakai strategi yang sama seperti ini, kecuali kalian masih suka dengan ‘oldmind’ yang sekarang berkuasa.

Lanjut kembali, apa nantinya yang akan Tiongkok lakukan setelah memutuskan melawan IMF, namun dipermukaan hanya pura-pura taat pada Amerika.

Awal mula ini terjadi di zaman Deng Xiao Ping, mereka menjadi negara produsen buruh murah, maklon mengerjakan sebagai tukang ‘jahit’, apa saja yang disuruh globalis.

Lalu perlahan menggeser dari maklon tukang jahit menjadi negara produsen. Maklon ini adalah strategi agar terjadi pembiasaan ketika awal menjadi negara produsen.

Tiongkok mengijinkan pemalsuan atau copy atau tiru merk-merk ternama dunia untuk beredar di dalam negerinya.

Semakin mahir, maka negara mulai membiayai sektor hulu produsen, pabrik-pabrik dengan uang ‘reminbi’ dimana uang tersebut tidak boleh beredar di luar negeri, hanya boleh beredar di Tongkok.

Di awal tahun 90-an mereka melakukan semua ini secara masif dan gila-gilaan. Apa saja dibangun, dan setelah menjadi pengendali produksi, mulai ekspansi di tahun 2013 dengan strategi BRI (Belt Road Initiative).

Perlu banyak negara yang harus dikendalikan oleh Tiongkok. Perlu banyak negara yang penduduknya lapar dan pemimpinnya lemah, agar mudah dikendalikan, dan kemudian membeli barang-barang Tiongkok dengan menggunakan mata uang Yuan.

Awalnya Tiongkok akan memberi pinjaman namun bukan uang, akan tetapi barang. Seperti membangunkan sarana jalan, pelabuhan, bandara, jaringan kereta api, yang kesemuanya punya kesamaan, yaitu pelancar jalur angkut barang.

Guna menciptakan ketergantungan terhadap produk Tiongkok dan kelancaran distribusi barang. Saat kendali atas pasar semua bergeser ke digital, strategi mereka adalah beli dan ambil semua jaringan marketplace milik pengusaha lokal sebuah negara.

Agar semua produksinya adalah barang-barang buatan Tiongkok. Begitu sudah tercapai ketiganya, maka tahap selanjutnya adalah mata uang Tiongkok dipakai sebagai alat transaksi.

Pertama hanya sebatas transaksi dua negara, nanti tahap selanjutnya sampai pasar-pasar tradisional bisa memakai Yuan. Ingat ketika keluar negeri, Yuan yang disebutnya.

Itu membedakan asal uang itu, meski kalau ditanya di Tiongkok, bagi mereka sama itu Yuan atau Reminbi. Namun kita harus paham dan mengerti bernegara, mengerti bagaimana Tiongkok bermain, dan mengerti cara memainkannya.

Hanya saja masih sedikit yang percaya, dan masih banyak yang tidak peduli. Wajar jika masyarakat tidak tahu, namun pejabat yang tidak peduli dan tidak tau, juga sangat banyak.

Apalagi yang mau menari menjadi presiden di 2024, sepertinya tidak ada yang paham. Yang penting dia populer, dan rakyat memilihnya.

Lihat saja daftar 10 orang yang katanya calon presiden di lembaga survey, silahkan direview satu persatu. Paham tidak bernegara ala Tiongkok dan Amerika? sepertinya tidak.

New mind’ beda, kita paham strateginya bukan ikuti keduanya, namun punya strategi sendiri untuk main 3 kaki awalnya. Dengan menyalip di tikungan pada tahun 2030 menjadi 3 besar dunia, dan di tahun 2045 menjadi negara Super Power.

 
Kalau hanya naik 7 persen setahun, dan faktanya 5 persen pertumbuhan ekonominya, mimpi mau menjadikan Indonesia negara Super Power. Buktinya sekarang saja dagangnya memakai mata uang Yuan, yang seharusnya memakai Rupiah, ini namanya ‘oldmind’.***

Tidak ada komentar